'cookieChoices = {};' Sanitasi Rumah Faktor Risiko Infeksi Kecacingan - Free About Sanitarian and Public Health Community

Pencarian Sanitarian Topic

Custom Search

Sanitasi Rumah Faktor Risiko Infeksi Kecacingan

Written By munif on Thursday, November 20, 2014 | 1:25 AM

Kualitas Sanitasi Rumah Dan Faktor Risiko Infeksi Kecacingan

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini Dari sisi epidemiologis, telah terjadi pula transisi yang cukup cepat terhadap beberapa penyakit menular, seperti  penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Flu Burung, Leptospirosis. Terdapat beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa sanitasi rumah yang tidak baik dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi cacing tambang pada anak.  Kualitas Sanitasi rumah adalah kondisi sanitasi dasar lingkungan rumah dengan prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau setidak-tidaknya menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan¬kegiatan untuk mengendalikan: sanitasi air, sanitasi makanan, pembuangan kotoran, air buangan dan sampah, sanitasi udara, vektor dan binatang pengerat serta hygiene perumahan.

Sedangkan secara garis besar beberapa indikator kualitas sanitasi rumah yang berhubungan dengan kasus kecacingan antara lain sebagai berikut:

Jamban Keluarga
Menurut Machfoedz (2008), beberapa syarat pembuangan tinja antara lain meliputi tidak mengkontaminasi tanah, sumber air tanah, air permukaan, tidak dapat dicapai berbagai hewan seperti lalat, kecoa, tikus dan tidak menyebabkan bau dan mengganggu estetis. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penyebaran berbagai macam penyakit, daintaranya penyakit kecacingan.  Pembuangan kotoran yang tidak sehat menyebabkan telur cacing dapat dengan mudah menyebar dilingkungan.

Menurut  Gandahusada dkk (2004), berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyebaran telur cacing di lingkungan, antara lain dengan membuang tinja di jamban. Sementara menurut Sumanto (2010), anak yang mempunyai kebiasaan buang air besar di kebun dan di halaman rumah akan beresiko terinfeksi kecacingan dibanding anak yang mempunyai kebiasaan buang air besar di jamban. Telur cacing yang matang dapat mencemari tanah atau air limbah dan menginfeksi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari beberapa pernyataan tersebut di atas peneliti bisa menyimpulkan bahwa pembuangan tinja di jamban akan memutus rantai penularan penyakit kecacingan.

Lantai rumah
Masih menurut Machfoedz (2008), beberapa persyaratan fisik rumah sehat, diantaranya yaitu kontruksi rumah harus kuat dan baik, terutama lantai rumah. Hal ini disebabkan karena banyak penyakit dapat ditularkan melalui media tanah, salah satunya penyakit kecacingan pada anak  Menurut Depkes R.I (2006), penyebaran penyakit kecacingan dapat melalui kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur Trichuris trichiura.

Telur diatas dapat tumbuh dalam tanah liat yang lembab dan tanah dengan suhu optimal ± 30°C. Menurut Gandahusada dkk (2004), tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25°C- 30°C sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk infektif Pertumbuhan larva Necator americanus yaitu memerlukan suhu optimum 28°C-32°C dan tanah gembur seperti pasir atau humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 23°C-25°C.

Ketersediaan air bersih
Pengertian umum air bersih, merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.  Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya syarat fisik (tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna), syarat kimia (kadar besi, maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan, maks 500 mg/l, syarat mikrobiologis (koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).

Sebagaimana kita ketahui, air dapat dapat berperan sebagai faktor utama dalam berbagai penularan jenis penyakit seperti thypus,dysentery, diare, kholera dan kecacingan. Menurut Gandahusada dkk (2004), terpenuhinya kebutuhan air sehari-hari (seperti untuk keperluan aie bersih di jamban, untuk mandi dan cuci tangan secara teratur), merupakan upaya pengendalian penyakit kecacingan. Pendapat senada dikemukakan Sadjimin (2000), bahwa infeksi kecacingan pada manusia dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu tidak terdapatnya air bersih dan jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Sarana pembuangan sampah

Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik, seperti menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sampah dapat berpengaruh negatif terhadap dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Sampah dapat menjadi sarang vektor-vektor penyakit seperti lalat, kecoak dan binatang-binatang lain yang senang berkembang biak di dalam sampah padat yang kotor terutama cacing-cacing tertentu yang bisa membahayakan kesehatan seperti cacing cambuk dan cacing gelang. Pengelolaan sampah yang paling sederhana dengan cara dikumpulkan kemudian dibuang kelubang khusus sampah setelah penuh baru ditimbun dengan tanah, dibuang ke tempat sampah keluarga dan ada juga yang kemudian diambil tukang sampah untuk dikirim ke tempat pembuangan sampah umum. Peneliti berpendapat bahwa pengelolaan sampah yang baik (tempat sampah yang tertutup) dapat mencegah rantai penularan penyakit kecacingan oleh vektor biologis (lalat dan kecoa).

Sarana pembungan air limbah

Limbah domestik yang tidak dikelola dengan baik, sehingga menimbulkan genangan dan mencemari lingkungan, disamping tidak baik dari aspek estetika juga dapat menjadi tempat berkembang biak vektor penyakit. Menurut Machfoedz (2008), air limbah rumah tangga sebaiknya di buang ke dalam tanah dengan membuat resapan di halaman atau tempat lain di sekitar rumah, yang syaratnya paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur. Sementara menurut Notoatmojo (2007), pengelolaan air limbah bertujuan agar tidak mencemari badan air, tanah, dan lingkungan. Air limbah banyak mengandung bibit penyakit, sehingga pengolahan air limbah perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air limbah dilingkungan. Pencemaran limbah di lingkungan menyebabkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah penyakit kecacingan. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang

Kebersihan halaman rumah.
Menurut Depkes RI (2006), penyakit kecacingan pada anak disebabkan karena kondisi lingkungan yang jelek seperti halaman rumah yang kotor sebagai tempat bermain anak, merupakan sumber penularan penyakit kecacingan. Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah yaitu cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang. Mengingat penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, salah satu cara pengendaliannya perlu peningkatan kualitas sanitasi lingkungan terutama kebersihan halaman rumah.

Sosial ekonomi

Semakin rendah tingkat kemiskinan masyarakatnya maka akan semakin berpeluang untuk mengalami infeksi kecacingan. Hal ini dihubungkan dengan kemampuan dalam menjaga personal higiene dan sanitasi lingkungan tempat tinggalnya. Jumlah prevalensi tertinggi penyakit kecacingan ditemukan di daerah pinggiran atau pedesaan yang masyarakatnya sebagian besar masih hidup dalam kekurangan (Hotez,2008).

Perilaku
Beberapa Perilaku buruk yang menyebabkan infeksi kecacingan antara lain membuang tinja sembarang tempat, tidak mengelola makanan dan minuman secara bersih dan sehat, tidak mencuci tangan sebelum makan, dan tidak memakai alas kaki bila keluar rumah. Menurut Achmadi (2005), perilaku penduduk berhubungan dengan lingkungan bisa menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep perilaku pejamu. Perilaku pejamu adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Komponen lingkungan yang mengandung potensi penyakit dapat digambarkan sebagai berikut: seorang anak mempunyai perilaku tidak menggunakan alas kaki waktu bermain dan keluar rumah, bila dalam lingkungan tersebut ada bibit penyakit (parasit cacing), kemungkinan akan terinfeksi penyakit kecacingan. Perilaku hidup tidak sehat seperti ini dapat disebut sebagai faktor risiko kesehatan.


Referensi, antara lain:
  • Depkes RI, 2006. Pedoman Pengendalian Cacingan, Keputusan Menteri Kesehatan No.424/Menkes/SK/VI/2006.
  • Gandahusada S, dkk, 2004. Parasitologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI
  • Machfoedz, Ircham, 2008. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit, Fitramaya
  • Achmadi, U. F, 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Penerbit Buku Kompas.
  • Notoatmojo, Soekijo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan seni. Rineka Cipta.
  • Hotez P, 2008. Hookworm and Poverty, Department of Microbiology, Immunology and Tropical Medicine, The George Washington University
 
berita unik