Sunday, March 31, 2019

Pengendalian Penyakit Diare pada Wilayah Bencana



Pengawasan dan Pengendalian Penyakit pada Wilayah Bencana


Potensi munculnya Kejadian Luas Biasa penyakit menular pada periode paska bencana sangat besar, sebagai akibat banyaknya faktor risiko yang mendukung. Karena itu, berbagai upaya pemberantasan penyakit menular dilakukan untuk mencegah KLB penyakit menular pada periode pascabencana. Selain itu, upaya ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit menular yang perlu diwaspadai pada kejadian bencana dan pengungsian.

Berbagai masalah penyakit menular tersebut, terutama disebabkan karena beberapa hal, antara lain:
1.    Kerusakan lingkungan dan pencemaran.
2.    Jumlah pengungsi yang banyak, menempati suatu ruangan yang sempit, sehingga harus berdesakan.
3.    Pada umumnya tempat penampungan pengungsi tidak memenuhi syarat kesehatan.
4.    Ketersediaan air bersih yang seringkali tidak mencukupi jumlah maupun kualitasnya.
5.    Diantara para pengungsi banyak ditemui orang-orang yang memiliki risiko tinggi, seperti balita, ibu hamil, berusia lanjut.
6.    Pengungsian berada pada daerah endemis penyakit menular, dekat sumber pencemaran, dan lain-lain.

Potensi munculnya penyakit menular di lokasi pengungsian dan masyarakat sekitar penampungan pengungsi, berkaitan erat dengan faktor risiko yang ada, misalnya pada penyakit diare.  Penyakit Diare merupakan penyakit menular yang potensial terjadi pada wilayah bencana atau lokasi pengungsian. Faktor risiko utama berupa keterbatasan penyediaan air bersih dan sanitasi, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah.

Untuk mencegah berkembangnya penularan penyakit diare di wilayah bencana atau tempat pengungsian, berikut beberapa rekomendasi saran yang bisa kita lakukan untuk dapat dilaksanakan oleh pengungsi, sebagai berikut
1.    Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat.
2.    Seluruh anggota keluarga selaluberperilaku buang air besar hanya di jamban.
3.    Selalu membiasakan membuang tinja bayi dan anak kecil hanya di jamban.
4.    Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sebelum menjamah atau memasak makanan dan sesudah buang air besar.
5.    Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berusia 6 bulan.
6.    Berilah makanan pendamping ASI dengan benar setelah bayi berusia 6 bulan dan pemberian ASI diteruskan sampai bayi berusia 24 bulan.
7.    Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi lingkungan yang memadai merupakan tindakan pencegahan penyakit diare.

Sedangkan pencegahan kematian akibat diare dapat dilakukan melalui penatalaksanaan kasus secara tepat dan kesiapsiagaan kemungkinan timbulnya KLB diare. Beberapa standar tatalaksana penderita diare, jika ditemukan penderita Diare di lokasi bencana atau penampungan pengungsi, diantaranya dengan menentukan derajat dehidrasi dan menentukan pengobatan dehidrasi yang tepat.  Selain dilakukan pemeriksaan status dehidrasi, harus pula diperiksa gejala lainnya untuk menentukan adanya penyakit lain seperti adanya darah dalam tinja, panas, kurang  gizi dan lain sebagainya.

Kesiapsiagaan terhadap kemungkinan KLB Diare.
Bentuk kesipasiagaan ini berupa kegiatan yang dilakukan terus menerus  dengan beberapa kegiatan utama antara lain:
1.    Mempersiapkan masyarakat pengungsi untuk pertolongan pertama bila terjadi diare.
2.    Membuat dan menganalisa kasus harian diare.
3.    Menyiapkan kebutuhan logistik khususnya oralit cairan IV-RL, antibiotika, tetrasiklin, kotrimoxazole dan peralatan lainnya.
4.    Mengembangkan prosedur sederhana kewaspadaan dini pada pengungsi

Refferensi: Buku Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang mengacu kepada standar internasional (Technical Guidelines of Health Crisis Responses on Disaster), Depkes RI, 2007