Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Pes
Sebagaimana kita ketahui, pengertian Surveilans Epidemiologi,
menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003, merupakan kegiatan
analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan
masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi terhadap
penyelenggara program kesehatan.
Penyakit Pes (plague),
merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena infeksi bakteri Yersinia pestis. Bakteri ini pada awalnya
menginfeksi kutu yang terdapat pada tikus. Selain melalui gigitan kutu, pes
dapat menular dengan berbagai cara lain, antara lain:
1.
Kontak dengan droplet di udara, ketika penderita batuk atau bersin, khususnya
pada penderita pes dengan radang paru.
2.
Kontak langsung, berupa sentuhan kulit yang
terluka dengan penderita pes, termasuk kontak seksual.
3.
Kontak tidak langsung, berupa bersentuhan dengan
tanah yang terkontaminasi bakteri.
4.
Melalui udara, ketika menghirup udara yang
mengandung bakter.
5.
Makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri.
Terdapat 3 (tiga) jenis pes berdasarkan pada bagian tubuh yang terinfeksi:
1.
Bubonic
plague, menimbulkan gejala pembesaran kelenjar getah bening (merupakan jenis pes yang paling umum ditemukan).
2.
Pneumonic
plague, disebabkan karena infeksi bakteri yang telah menyebar hingga
paru-paru (merupakan tipe pes yang paling mematikan, namun jarang ditemukan)
3.
Septicemic
plague, jenis pes dimana bakteri berkembang biak dalam darah penderita.
Secara epidemiologi, terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi terjadinya
penyakit pes, antara lain:
1.
Faktor Agent, meliputi adanya bakteri Yersinia
Pesti yang dibawa hewan pengerat (terutama tikus) dan ditularkan oleh kutu
tikus.
2.
Faktor Host, yaitu Manusia
3.
Faktor Lingkungan, berupa rumah yang kotor atau
tempat-tempat sebagai sarang tikus
4.
Port of Entry and dan Port of Exit, berupa kulit
5.
Tranmisi, berupa terjadinya kontak dengan tubuh
binatang yang terinfeksi, kontak fisik dengan penderita, atau karena dropplet penderita yang terbawa melalui
mediah udara
Tujuan kegiatan surveilans penyakit pes secara umum untuk melakukan analisis
situasi terhadap binatang reservoir, vektor, populasi berisiko, dan faktor
risiko potensial terjadinya penyakit pes. Untuk menunjang tujuan ini, beberapa
indikator yang ditetapkan antara lain, adanya :
1.
Bakteri pada manusia
2.
Bakteri pada vektor dan binatang reservoir
3.
Bakteri di lingkungan
4.
Populasi vektor dan binatang reservoir
5.
Faktor risiko lingkungan
6.
Faktor risiko perilaku
Sedangkan beberapa pokok kegiatan surveilans epidemiologi pes ini,
diantaranya:
1.
Pengamatan populasi binatang reservoir dan vektor
2.
Penemuan suspek secara pasif
3.
Pengamatan dan pemeriksaan faktor risiko
potensial
Untuk kepentingan kewaspadaan dini Kejadian Luar Biasa (KLB), sangat
penting dilakukan suatu bentuk tindakan antisipasi terhadap potensi terjadinya
KLB/wabah, dengan menilai berbagai indikator untuk menilai potensi KLB Pes diatas.
Tujuan kegiatan ini untuk enghentikan
penyebaran lebih lanjut dan mengupayakan KLB tidak terulang lagi. Sedangkan beberapa
pokok kegiatan SKD KLB penyakit Pes tersebut, antara lain:
1.
Surveilans aktif dan penanganan kasus
2.
Pengendalian binatang reservoir dan vektor
3.
Pengendalian faktor risiko
Jika sebuah Kejadian Luar Biasa (KLB) Pes sudah terjadi, maka beberapa standar
pokok kegiatan yang harus dilakukan, baik pada saat KLB maupun sesudah KLB
antara lain.
Pada Saat KLB
1.
Penyelidikan epidemiologi
2.
Penatalaksanaan dan isolasi penderita
3.
Pengobatan yang bersifat profilaksis
4.
Intensifikasi pengamatan dan pengendalian
binatang reservoir dan vektor
5.
Penyehatan lingkungan permukiman dan
pengendalian faktor risiko potensial
6.
Pemeriksaan laboratorium
7.
Karantina wilayah
8.
Distribusi obat dan logistik penunjang
9.
Monitoring dan evaluasi
Pasca KLB:
1.
Penyelidikan Epidemiologi
2.
Pengamatan binatang reservoar dan vektor, serta
tindakan pengendaliannya
3.
Penyehatan lingkungan permukiman dan
pengendalian faktor risiko potensial
4.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada
masyarakat
5.
Monitoring dan evaluasi
Laporan
Hasil dan Analisis Situasi
Laporan dimaksud terutama berisi informasi terkait kawasan fokus, kawasan terancam,
maupun kawasan yang berdasarkan analisa termasuk kawasan berisiko. Informasi lain,
yang bersifat teknis epidemiologi, yang penting dilaporkan meliputi Populasi
tikus, Indek pinjal, Penemuan kasus, Faktor risiko, serta aspek lingkungan dan
perilaku.