Monday, March 6, 2017

Surveilans Penyakit Pes



Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian  Penyakit Pes

Sebagaimana kita ketahui, pengertian Surveilans Epidemiologi, menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003, merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi terhadap penyelenggara program kesehatan.

Penyakit Pes (plague), merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena infeksi bakteri Yersinia pestis. Bakteri ini pada awalnya menginfeksi kutu yang terdapat pada tikus. Selain melalui gigitan kutu, pes dapat menular dengan berbagai cara lain, antara lain:


1.    Kontak dengan droplet di udara, ketika penderita batuk atau bersin, khususnya pada penderita pes dengan radang paru.
2.    Kontak langsung, berupa sentuhan kulit yang terluka dengan penderita pes, termasuk kontak seksual.
3.    Kontak tidak langsung, berupa bersentuhan dengan tanah yang terkontaminasi bakteri.
4.    Melalui udara, ketika menghirup udara yang mengandung bakter.
5.    Makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri.

Terdapat 3 (tiga) jenis pes berdasarkan pada bagian tubuh yang terinfeksi:

1.    Bubonic plague, menimbulkan gejala pembesaran kelenjar getah bening  (merupakan jenis pes yang paling umum ditemukan).
2.    Pneumonic plague, disebabkan karena infeksi bakteri yang telah menyebar hingga paru-paru (merupakan tipe pes yang paling mematikan, namun jarang ditemukan)
3.    Septicemic plague, jenis pes dimana bakteri berkembang biak dalam darah penderita.

Secara epidemiologi, terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi terjadinya penyakit pes, antara lain:
1.    Faktor Agent, meliputi adanya bakteri Yersinia Pesti yang dibawa hewan pengerat (terutama tikus) dan ditularkan oleh kutu tikus.
2.    Faktor Host, yaitu Manusia
3.    Faktor Lingkungan, berupa rumah yang kotor atau tempat-tempat sebagai sarang tikus
4.    Port of Entry and dan Port of Exit, berupa kulit
5.    Tranmisi, berupa terjadinya kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi, kontak fisik dengan penderita, atau  karena dropplet penderita yang terbawa melalui mediah udara

Tujuan kegiatan surveilans penyakit pes secara umum untuk melakukan analisis situasi terhadap binatang reservoir, vektor, populasi berisiko, dan faktor risiko potensial terjadinya penyakit pes. Untuk menunjang tujuan ini, beberapa indikator yang ditetapkan antara lain, adanya :
1.    Bakteri pada manusia
2.    Bakteri pada vektor dan binatang reservoir
3.    Bakteri di lingkungan
4.    Populasi vektor dan binatang reservoir
5.    Faktor risiko lingkungan
6.    Faktor risiko perilaku


Sedangkan beberapa pokok kegiatan surveilans epidemiologi pes ini, diantaranya:
1.    Pengamatan populasi binatang reservoir  dan vektor
2.    Penemuan suspek secara pasif
3.    Pengamatan dan pemeriksaan faktor risiko potensial

Untuk kepentingan kewaspadaan dini Kejadian Luar Biasa (KLB), sangat penting dilakukan suatu bentuk tindakan antisipasi terhadap potensi terjadinya KLB/wabah, dengan menilai berbagai indikator untuk menilai potensi KLB Pes diatas. Tujuan kegiatan ini  untuk enghentikan penyebaran lebih lanjut dan mengupayakan KLB tidak terulang lagi. Sedangkan beberapa pokok kegiatan SKD KLB penyakit Pes tersebut, antara lain:
1.    Surveilans aktif dan penanganan kasus
2.    Pengendalian binatang reservoir dan vektor
3.    Pengendalian faktor risiko

Jika sebuah Kejadian Luar Biasa (KLB) Pes sudah terjadi, maka beberapa standar pokok kegiatan yang harus dilakukan, baik pada saat KLB maupun sesudah KLB antara lain.
Pada Saat KLB
1.    Penyelidikan epidemiologi
2.    Penatalaksanaan dan isolasi penderita
3.    Pengobatan yang bersifat profilaksis
4.    Intensifikasi pengamatan dan pengendalian binatang reservoir dan vektor
5.    Penyehatan lingkungan permukiman dan pengendalian faktor risiko potensial
6.    Pemeriksaan laboratorium
7.    Karantina wilayah
8.    Distribusi obat dan logistik penunjang
9.    Monitoring dan evaluasi


Pasca KLB:
1.    Penyelidikan Epidemiologi
2.    Pengamatan binatang reservoar dan vektor, serta tindakan pengendaliannya
3.    Penyehatan lingkungan permukiman dan pengendalian faktor risiko potensial
4.    Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat
5.    Monitoring dan evaluasi

Laporan Hasil dan Analisis  Situasi
Laporan dimaksud terutama berisi informasi  terkait kawasan fokus, kawasan terancam, maupun kawasan yang berdasarkan analisa termasuk kawasan berisiko. Informasi lain, yang bersifat teknis epidemiologi, yang penting dilaporkan meliputi Populasi tikus, Indek pinjal, Penemuan kasus, Faktor risiko, serta aspek lingkungan dan perilaku.