Demam Derdarah dan Aedes Aegypti, Siklus Hidup dan Karakteristik
Masalah yang selalu menghantui kita setiap tahun,
khususnya jajaran kesehatan dan publik health community, adalah penyakit demam
berdarah. Penyakit yang pertama kali ditemukan 1968 di Surabaya dan Jakarta ini, hampir
setiap tahun menjadi primadonoa Kejadian Luar Biasa (KLB DBD), walupun tahun
2011 ini terjadi penurunan signifikan dibandingkan tahun 2010. Kita sebetulnya
kita belum tahu persis penyebab penurunan itu, karena global warming sepertinya
telah mengacaukan signal kelaziman epidemiologis konvensional. Namun kita tetap
harus selalui waspada terhadap siklus lima tahunan DBD (epidemiologi lama ?). Kejadian Luar Biasa (KLB) atau epidemi hampir terjadi
setiap tahun di daerah yang berbeda tetapi seringkali berulang di wilayah yang sama dan secara nasional
berulang setiap lima tahun (Suroso, 2004).
Berikut beberapa hal yang perlu kita refresh kembali,
terkait demam berdarah ini. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae.aegypti,
yang ditandai dengan:
(1) demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 - 7 hari disertai perdarahan; (2)
Manifestasi perdarahan termasuk uji
Torniquet positif; (3) Jumlah trombosit ≤ 100.000/µl); (4) peningkatan hematokrit ≥ 20%; dan (5) Disertai
dengan atau tanpa pembesaran hati
(hepatomegali).
Penyebab DBD adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal empat
serotipe (dengue-1, dengue-2, dengue-3 dan dengue-4), termasuk dalam group B Artropod Borne
Virus (Arbovirus). Keempat serotipe ini telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa dengue-3 sangat
berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas
distribusinya disusul oleh dengue-2, dengue-1 dan dengue-4 (Depkes, 2005).
Tiga faktor yang memegang
peranan penting pada penularan virus dengue ini adalah manusia, virus dan nyamuk vektor. Nyamuk Ae. aegypti L. dapat mengandung virus pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian berada di kelenjar ludah nyamuk dan berkembang dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan lagi pada manusia melalui gigitan berikutnya.
Tiga faktor yang berperan penting pada penularan infeksi virus dengue adalah manusia,
virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Ae.
aegypti. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, kemudian virus
yang ada di kelenjar liur nyamuk berkembangbiak dalam waktu
8-10 hari sebelum dapat ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya (Depkes,
2005).
Karakteristik Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk adalah serangga kecil berkaki panjang, bersayap
dua, mempunyai antena yang panjang, beruas-ruas, sayapnya mempunyai noda-noda dan mempunyai vena dan
jumbai, termasuk dalam Phylum Arthropoda, Kelas Insekta, Sub kelas Pterygota, Ordo Diptera, Sub Ordo Nematocera, Famili Culicidae, Sub Famili Culicinae, Genus Aedes, Species Aedes aegypti L. (Borror & Delong, 1990). Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor
utama yang menularkan virus dengue penyebab DBD. Nyamuk Ae.
aegypti lebih menyukai darah manusia daripada binatang (antropofilik) dan bersifat
menggigit pada beberapa orang sebelum merasa kenyang. Nyamuk Ae.aegypti L. ini hidup dan berkembang dengan baik
di daerah tropis yaitu pada garis isotermis 200 yang terletak diantara 450 LU dan 350
LS dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas
permukaan laut (Sugito, 1989).
Morfologi
nyamuk
Ae. aegypti terdiri dari telur, larva, kepompong,
serta nyamuk dewasa, selengkapnya sebagai berikut :
Aedes Aegypti |
Jentik (larva): Menurut Adam (2005), telur akan menetas menjadi
jentik atau yang sering disebut sebagai jentik. Jentik
ini adalah stadium yang membutuhkan banyak
makan dan akan mengalami pergantian kulit atau molting sebanyak empat kali. Setiap masa pergantian kulit tersebut disebut dengan instar. Instar
1, 2, 3 dan 4 akan memiliki perbedaan
dalam hal ukuran tubuhnya, jumlah bulu bulunya dan pada
stadium ini belum bisa dibedakan antara jantan dan betina.
Larva Ae. aegypti terdiri dari kepala, toraks
dan abdomen serta terdapat segmen anal dan sifon dengan satu kumpulan rambut. Ada
empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu
instar I berukuran paling kecil yaitu 1-2 mm, instar II 2,5-3,8 mm, instar III lebih
besar sedikit dari instar II dan instar IV berukuran
paling besar 5 mm. Larva instar IV mempunyai tanda khas yaitu pelana yang terbuka
pada segmen anal, sepasang bulu sifon dan gigi sisir yang berduri lateral
pada segmen abdomen (Hamzah, 2004).
Pada stadium larva ada perbedaan mendasar antara Ae.
aegypti dan Ae.albopictus. Larva Ae.
aegypti, prosesus torakalis jelas, tunggal dan tidak bergerigi. Abdomen berciri
sifon pendek, bulu satu pasang, warna lebih gelap daripada abdomen, segmen anal
dengan pelana tidak menutup segmen. Gigi sisir pada sifon dan segmen VII
dengan duri samping. Larva Ae. albopictus mempunyai prosesus
torakalis tidak jelas dan bergerigi. Abdomen berciri sifon pendek, bulu sifon
satu berkas, warna lebih gelap daripada abdomen, segmen anal dengan pelana tidak
menutup segmen, gigi sisir pada sifon dan segmen abdomen VII tanpa duri
samping (Juwono, 1999).
Jentik akan beristirahat dengan posisi tegak lurus terhadap
permukaan air dan jika disentuh atau terdapat getaran maka jentik akan aktif berenang menuju ke dasar. Jentik ini
jika bernafas akan menuju ke permukaan
air dengan posisi siphon berada di atas permukaan air untuk mengambil udara (Sugito, 1989). Keberlangsungan hidup jentik ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu
air, kepadatan populasi jentik, jumlah makanan yang
tersedia serta keberadaan predator di alam (WHO, 1997)
Kepompong : Bentuk pupa seperti terompet melengkung, kepala lebih
besar ukurannya dibandingkan dengan tubuhnya. Mempunyai terompet yang
berbentuk segitiga yang digunakan untuk bernapas. Pada bagian distal dari
abdomen terdapat sepasang kaki pengayuh atau paddle yang berbentuk lurus
dan runcing. Stadium pupa tidak memerlukan makan (Gandahusada dkk., 1988).
Menurut Depkes (1997), pupa
akan bertahan selama 1 – 5 hari sampai menjadi nyamuk dewasa tergantung dari suhu air habitatnya. Pada suhu 27 – 320 C pupa jantan memerlukan waktu 1
– 2 hari untuk tumbuh dan berkembang
menjadi nyamuk dewasa. Pupa betina memerlukan
waktu kurang lebih 2,5 hari untuk dapat berkembang menjadi nyamuk betina dewasa.
Pupa Ae. aegypti terdiri dari sefalotoraks,
abdomen dan kaki pengayuh. Sefalotoraks mempunyai sepasang corong pernapasan yang
berbentuk segitiga. Pada bagian distal abdomen ditemukan sepasang kaki
pengayuh yang lurus dan runcing. Jika terganggu, pupa akan bergerak cepat untuk
menyelam beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air (Hamzah,
2004).
Kepompong (pupa) berbentuk seperti koma, bentuknya lebih besar tetapi
lebih ramping dibandingkan dengan larva (jentiknya). Pupa berukuran lebih kecil
jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain (Depkes, 2005).
Nyamuk dewasa : Nyamuk dewasa mempunyai panjang kurang
lebih 3 – 4 mm.Bagian tubuhnya terdiri dari
kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen)
Memiliki warna dasar hitam dengan bintik bintik putih terdapat
di seluruh tubuhnya dan di kaki akan berbentuk cincin. Memiliki gambaran atau venasi yang jelas pada sayapnya yang membedakan dengan
spesies yang lainnya. Lyre berupa
sepasang garis putih lurus di bagian tengah dan di bagian tepi tepinya berupa garis lengkung berwarna putih (Gandahusada dkk,. 1988).
Menurut Hamzah (2004), nyamuk Ae.
aegypti dewasa tubuhnya terdiri dari kepala, toraks dan abdomen. Ae.
aegypti dewasa mempunyai ciri-ciri morfologi yang khas, yaitu :
- Mempunyai warna dasar yang hitam dengan belang-belang putih yang terdapat pada bagian badannya, terutama tampak jelas pada kaki pada bagian basal.
- Pada bagian dorsal toraks tumbuh bulu-bulu halus yang membentuk gambaran lyra, yaitu sepasang garis putih sejajar di tengah dan garis lengkung putih yang tebal pada tiap sisinya.
Nyamuk dewasa Ae. aegypti berukuran panjang
3-4 mm, pada stadium dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada
bagian badan dan kaki. Nyamuk
Ae. aegypti dewasa memiliki probosis berwarna hitam, skutelum bersisik lebar
berwarna putih dan abdomen berpita putih pada bagian basal. Ruas tarsus kaki
belakang berpita (Sungkar, 2005).
Sedangkan menurut Pratomo dan Rusdyanto (2003), nyamuk
Ae. albopictus mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
- Nyamuk berukuran lebih kecil, berwarna gelap tidak tampak kasar.
- Tibia kaki belakang tanpa gelang putih.
- Mesotonum dengan garis memanjang atau kumpulan sisik berwarna putih mirip ”tanda seru”.
- Sisik-sisik putih pada paha atau femur dalam bentuk bercak-bercak putih tidak teratur.
- Ada kumpulan sisik-sisik putih yang lebar di atas akar sayap di antara bulubulu supra alar