Panduan untuk Konseling dan Intervensi pada Program Klinik Sanitasi Puskesmas
Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain Malaria, Demam Berdarah Dengue ( DBD ), Filariasis, TB Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antra lain Penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan
Artikel berikut akan memaparkan sekilas informasi yang terkait penyakit berbasis lingkungan (dari berbagai sumber). Bagi Sanitarian informasi ini selain dapat menambah pengetahuan, juga dapat diimplementasikan dalam melakukan konseling dan intervensi pada program Klinik Sanitasi Puskesmas.
Pengertian Penyakit merupakan suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05). Sedangkan pengertian Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut. (Sumirat’96). Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Untuk dapat melakukan upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, sangat penting kita ketahui karakteristik penyakit dan patogenesis suatu penyakit. Berdasarkan alur patogenesis tersebut, penyakit berbasis lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut :
DIARE
Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas, meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada jenis penyebab diare.
Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter, golongan virus dan patogen perut lainnya.
Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap berseih harus diutamakan.
Cara Penularan melalui :
- Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.
- Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.
- Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.
- Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci tangan dengan sabun)
- Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh manusia.
Penyediaan air tidak memenuhi syarat
- Gunakan air dari sumber terlindung
- Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran
- Buang air besar di jamban
- Buang tinja bayi di jamban
- Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun berkelompok dengan tetangga.
- Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
- Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
- Minum air putih yang sudah dimasak
- Menutup makanan dengan tudung saji
- Cuci alat makan dengan air bersih
- Jangan makan jajanan yang kurang bersih
- Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih
- Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.
- Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.
Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan 3 cara, fisik (misalnya penggunaan air curtain), kimia (dengan pestisida), dan biologi (sejenis semut kecil berwana hitam Phiedoloqelon affinis untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat-tempat sampah). Lingkungan yang tidak higienis akan mengundang lalat. Padahal lalat dapat memindahkan mikroorganisme patogen dari tinja penderita ke makanan atau minuman.
ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Aku/ISPA dapat meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru .
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi, anak yang menderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan, yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penumonia disebabkan oleh bahaya biologis, yaitu Streptococcus pneumoniae.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Sumber penyakit ini adalah manusia. Pneumococci umum ditemukan pada saluran pernafasan bagian atas dari orang yang sehat di seluruh dunia. Sedangkan Agen ditularkan ke manusia lewat udara melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.
Manusia yang berada dalam lingkungan yang kumuh dan lembab memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit ini (intervensi dengan pemberian genting kaca dan ventilasi padan rumah sering sangat efektif untuk mengatasi penyakit ini). Setelah terpajan agen, penderita dapat sembuh atau sakit. Seperti yang diterangkan sebelumnya, untuk agen virus penderita (misalnya flu) sebenarnya tidak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Cukup dijaga kondisi fisiknya. Penderita yang positif ISPA adalah mereka yang ditandai dengan serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia. Pada bayi dan anak kecil, demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Diagnosa etiologis secara dini sangat penting untuk mengarahkan pemberian terapi spesifik. Diagnosa pneumoni pneumokokus dapat diduga apabila ditemukannya diplococci gram positif pada sputum bersamaan dengan ditemukannya lekosit polymorphonuclear. Diagnosa dapat dipastikan dengan isolasi pneumococci dari spesimen darah atau sekret yang diambil dari saluran pernafasan bagian bawah orang dewasa yang diperoleh dengan aspirasi percutaneous transtracheal.
Secara sederhana penyakit ISPA mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Penyebab Penyakit :
- Bakteri streptococcus pneumonia (pneumococci)
- Hemophilus influenzae
- Asap dapur
- Sirkulasi udara yang tidak sehat
Cara Pencegahan : Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :
Tingkat hunian rumah padat
- Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sma dengan 8m2/jiwaq
- Plesterisasi lantai rumah
- Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
- Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
- Menambah ventilasi buatan
- Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur
- Menutup mulut bila batuk
- Membuang ludah pada tempatnya
- Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar
- Tidur sementara terpisah dari penderita
TUBERCULOSIS
Tuberculosis (TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan penyebab penyakit adalah kuman / bakteri mikrobakterium tuberkulosis. Tempat berkembang biak penyakit adalah di paru-paru.
Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut :
- Penderita TBC berbicara, meludah, batuk, dan bersin, maka kuman-kuman TBC yang berada di paru-paru menyebar ke udara terhirup oleh orang lain.
- Kuman TBC terhirup oleh orang lain yang berada di dekaqt penderita.
Tingkat hunian rumah padat
- Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sma dengan 8m2/jiwaq
- Lantai rumah disemen
- Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
- Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
- Menambah ventilasi buatan
- Menutup mulut bila batuk
- Membuang ludah pada tempatnya
- Jemur peralatan dapur
- Jaga kebersihan diri
- Istirahat yang cukup
- Makan makan bergizi
- Tidur terpisah dari penderita
DEMAM BERDARAH DENGUE
Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Sedangkan tempat berkembang biak dapat didalam maupun diluar rumah, terutama pada tempat-tempat yang dapat menampung air bersih seperti :
- Di dalam rumah / diluar rumah untuk keperluan sehari-hari seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, bak mandi/WC/ dan lain-lain
- Bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semen, kaleng bekas yang berisi air bersih, dll
- Alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air hujan, dll
- Seseaorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan merupakan sumber penyakit.
- Bila digigit nyamuk virus terhisap masuk kedalam lambung nyamuk, berkembang biak, masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu didalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan virus dengue.
- Virus dengue tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang lain, dan seterusnya.
Lingkungan rumah / ventilasi kurang baik :
- Menutup tempat penampungan air
- Menguras bak mandi 1 minggu sekali
- Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
- Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab
- Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga
- Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
- Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau memelihara ikan pemakan jentik
- Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
KECACINGAN
Penyakit kecacingan biasanya menyerang anak-anak dan disebabkan oleh Cacing Gelang, Cacing Tambang dan Cacing Kremi.
- Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) berkembang biak di dalam perut manusia dan di tinja. Telur cacing dapat masuk kedalam mulut melalui makanan yang tercemar atau tangan yang tercemar dengan telur cacing. Telur Cacing menetas menjadi cacing didalam perut, selanjutnya keluar bersama-sama tinja.
- Kecacingan yang disebabkan karena Cacing Kremi (Enterobius vermicularis). Tempat berkembang biak jenis cacing ini di perut manusia dan tinja, dengan cara penularan menelan telur cacing yang telah dibuahi, dapat melalui debu, makanan atau jari tangan (kuku).
- Penyakit kecacingan lain, disebabkan oleh Cacing tambang (Ankylostomiasis Duodenale). Jenis cacing ini mempunyai tempat berkembang biak Perut manusia dan tinja. Cara Penularan dimulai ketika telur dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas menjadi larva. Kemudian larva tersebut masuk melalui kulit, biasanya pada telapak kaki. Pada saat kita menggaruk anus, telur masuk kedalam kuku, jatuh ke sprei atau alas tidur dan terhirup mulut. Telur dapat juga terhirup melaui debu yang ada di udara. atau dengan reinfeksi (telur – larva – masuk anus lagi)
Pembuangan Kotoran Tidak Saniter
- Buang air besar hanya di jamban
- Lubang WC/jamban ditutup
- Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan tetangga
- Plesterisasi lantai rumah
- Cuci sayuran dan buanh-buahan yang akan dimakan dengan air bersih
- Masak makanan sampai benar-benar matang
- Menutup makanan pakai tudung saji
- Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
- Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
- Gunakan selalu alas kaki
- Potong pendek kuku
- Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman
PENYAKIT KULIT
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil yang bernama sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur.
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain. Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara antara lain :
- Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
- Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela agar sinar matahari masuk.
Penyediaan air tidak memenuhi syarat
- Gunakan air dari sumber yang terlindung
- Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
- Cuci tangan pakai sabun
- Mandi 2 kali sehari pakai sabun
- Potong pendek kuku jari tangan
- Peralatan tidur dijemur
- Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
- Sering mengganti pakaian
- Pakaian sering dicuci
- Buang air besar di jamban
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan bergizi
KERACUNANA MAKANAN
Cara efektif mencegah Keracunan Makanan, berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut :
Makanan rusak atau kadaluwarsa
- Pilih bahan makanan yang baik dan utuh
- Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan
- Memasak dengan matang dan panas yang cukup
- Makan makanan dalam akeadaan panas/hangat
- Panaskan makanan bila akan dimakan
- Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah
- Simpan makanan pada tempat yang tertutup
- Kandang ternak jauh dari rumah
- Tempat sampah tertutup
- Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan
- Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB
- Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau pakailah tutup mulut.
PENYAKIT MALARIA
Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut :
Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
- Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan
- Jauhkan kandang ternak dari rumah ayau membuat kandang kolektif
- Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab
- Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam
- Genangan air dialirkan atau ditimbun
- Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput
- Menebar ikan pemakan jentik
- Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
- Tidur dalam kelambu
- Pada malam hari berada dalam rumah