Aspek
Sanitasi Lingkungan yang Berhubungan dengan DBD
Menurut Soemirat
(2000), lingkungan adalah segala sesuatu baik berupa
benda mati atau benda hidup, nyata atau abstrak seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen yang
ada di alam. Lingkungan sangat erat
hubungannya dengan kesehatan, karena lingkungan
yang menyediakan fasilitas untuk keberadaan suatu makhluk hidup.
Pengertian sanitasi menurut
Ehler dan Steel (1958) adalah sebagai usaha untuk mencegah penyakit
dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan
dengan rantai penularan penyakit tersebut. Sementara menurut Riyadi (1984),
sanitasi lingkungan adalah prinsip-prinsip untuk meniadakan atau setidak-tidaknya
menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit.
World Health Organization (WHO) memberikan
batasan kajian sanitasi pada usaha pengawasan penyediaan air minum bagi masyarakat,
pengelolaan pembuangan tinja dan air limbah, pengelolaan sampah, vektor
penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi
atmosfer dan kesehatan kerja.
Sedangkan ruang lingkup kegiatan
sanitasi lingkungan menurut Riyadi (1984) antara lain mencakup sanitasi
perumahan, sanitasi makanan, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pembuangan
air limbah dan kotoran manusia serta pemberantasan vektor.
Terkait dengan usaha pemberantasan
dan pengendalian vektor diatas, menurut Depkes RI (1985), usaha perbaikan sanitasi lingkungan merupakan
salah satu cara untuk menjaga populasi vektor dan binatang pengganggu tetap pada
suatu tingkatan tertentu yang tidak menimbulkan masalah kesehatan.
Sedangkan WHO (2001)
menyatakan bahwa aspek penyediaan air bersih, pengelolaan
sampah dan perbaikan disain rumah sangat penting kaitannya dengan upaya pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD). Maka dapat kita kembalikan pada prinsip penting
pengendalian vektor ini, bahwa pada dasarnya usaha sanitasi bertujuan
untuk menghilangkan food preferences, breeding place) dan resting
place vektor dan binatang pengganggu.
Aspek sanitasi lingkungan yang
berhubungan dengan pengendalian vektor, khususnya aedes aegypti meliputi penyediaan air bersih dan pengelolaan sampah. Sistem penyediaan air pada tingkat rumah tangga, berpengaruh langsung pada kepadatan vektor ini.
Jika sistem itu telah meminimalisasi tempat penampungan air, misalnya karena
sudah menggunakan jaringan perpipaan, maka sangat dimungkinkan kepadatan vektor
(baca jentik) juga akan menurun. Sebagaimana kita ketahui, tempat-tempat
penampungan air (kontainer) pada tingkat rumah tangga yang menjadi tempat kehidupan
telur, larva, pupa Aedes.
Kebiasaan penyimpanan air
untuk keperluan rumah tangga yang mencakup gentong, baik yang terbuat dari tanah liat,
semen maupun keramik serta
drum penampungan air. Wadah atau tempat penyimpanan air harus ditutup rapat-rapat setelah diisi penuh dengan
air. Jika habitat jentik juga mencakup
tangki di atas atau bangunan pelindung jaringan pipa air, bangunan atau benda tersebut harus dibuat rapat. Bangunan
pelindung pintu air dan meteran air
harus dilengkapi dengan perembesan sebagai bagian dari tindakan pencegahan. Tumpah bocornya dalam bangunan
pelindung, dari pipa distribusi,
katup air, meteran air dan sebagainya, menyebabkan air tergenang dan dapat menjadi habitat yang penting untuk Ae.
aegypti (WHO, 2001).
0 comments:
Post a Comment