'cookieChoices = {};' Prosedur Pengujian Sampel Air Minum - Free About Sanitarian and Public Health Community

Pencarian Sanitarian Topic

Custom Search

Prosedur Pengujian Sampel Air Minum

Written By munif on Tuesday, October 6, 2015 | 7:28 PM

Tata Cara Pengujian Sampel Air Minum

Hal utama dalam pengawasan kualitas air minum adalah cara pengambilan sampel air minum untuk pengujian mikrobiologi, fisik dan kimia. Cara pengambilan sampel menentukan apakah suatu data uji respresentatif dan dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

Pengambilan sampel dilakukan pada saat Pra Konstruksi dan Pasca Konstruksi. Saat Pra Konstruksi sampel diambil pada sumber air, sedangkan saat Pasca Konstruksi lebih diprioritaskan pada titik distribusi. Waktu pengambilan terutama pada musim hujan dan musim kemarau dan saat kuantitas (volume) air pada sumber air berada pada titik terendah dan titik tertinggi.

Pengambilan sampel air minum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
  1. Pengambilan sampel direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat dengan frekuensi yang cukup sehingga setiap ada perubahan kualitas air sewaktu-waktu dapat diketahui.
  2. Sampel yang akan diuji di laboratorium harus dilakukan pengawetan sampel.
  3. Ambil sampel sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dengan penampung sementara, kemudian homogenkan.
  4. Sampel diambil, disimpan dan dikirim dalam wadah yang steril dan tertutup.
  5. Volume air yang diambil harus cukup untuk pengujian air.
  6. Sampel yang diambil merupakan perwakilan kondisi sistem penyediaan air.
  7. Kehati-hatian dalam penanganan sampel untuk mencegah kontaminasi atau perubahan komposisi pada sampel yang dapat mempengaruhi hasil analisa.
Tata Cara Pengujian Lapangan ;
a. Pengujian Parameter Mikrobiologis dengan H2S
Khusus paramater mikrobiologi golongan bakteri E.coli, dapat dilakukan uji cepat yang disebut Metode H2S, yaitu salah satu metode pemeriksaan mikrobiologis air dengan melihat ada tidaknya kelompok bakteri pembentuk gas H2S.

Bakteri penghasil H2S dapat digunakan sebagai indikator pencemaran tinja terhadap air. Metode pemeriksaan denga metode Ada/Tidaknya (Presence/Absence) H2S sifatnya sederhana dan mudah digunakan untuk menunjukkan bakteri dalam sampel air, serta dapat dipercaya untuk monitoring kualitas air terutama daerah pedesaan yang jauh dari laboratorium.

Metode pemeriksaan dengan H2S ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabung reaksi atau botol gelas volume 25-30ml yang bertutup ulir, diisi dengan tissue dan kertas saring yang telah dilengkapi media. Penyediaan media harus steril dan baru dapat dibuka pada waktu pengisian sampel air. Botol yang telah berisi kertas saring yang telah diberi media, kemudian disterilkan dengan autoclave pada tekanan 15 lb/m2 selama 15 menit. Setelah selesai media H2S dalam botol didinginkan.

Langkah-langkah pemeriksaan :
  1. Siapkan; a. Tabung reaksi yang sudah berisi media H2S; b. Sampel air; c. Lampu spiritus
  2. Sterilkan tabung reaksi pada mulut tabung dengan nyala api spiritus
  3. Masukkan sampel air 10 ml ke tabung reaksi dengan menggunakan pipet
  4. Sterilkan kembali mulut tabung dengan nyala api spiritus
  5. Pasang tutup tabung reaksi dan letakkan pada rak tabung reaksi
  6. Inkubasi pada suhu 37oC dalam inkubator atau dibiarkan berada pada temperatur udara luar/ambient 25-40oC selama 24-78 jam.
Pembacaan hasil didasarkan pada ada atau tidaknya perubahan warna, sebagai berikut :
  1. Bila terjadi warna hitam pada kertas dan atau pada air di dalam tabung reaksi, maka sampel air dinyatakan positif, artinya dalam air terdapat bakteri coli. Analisisnya : terjadi presipitasi dari hasil proses biokemis karena adanya kelompok bakteri pembentuk gas H2S yang dihasilkan oleh bakteri coli.
  2. Bila tidak terjadi perubahan warna pada kertas atau sampel air, maka sampel air dinyatakan negatif, artinya dalam air tidak terdapat bakteri coli.
Analisisnya : tidak terjadi presipitasi karena tidak adanya kelompok bakteri pembentuk gas H2S yang berasal dari tinja. Cara pengujian H2S ini diharapkan dapat dilakukan oleh sanitarian atau petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas, untuk deteksi dini bakteri e.coli.

b. Pengujian Parameter Fisik dan Kimia dengan Water Test Kit
Parameter yang harus diuji di lapangan menggunakan water test kit antara lain;
  • Suhu - pH
  • Kekeruhan
  • Daya hantar listrik
  • Oksigen terlarut
Parameter tersebut diatas perlu segera dilakukan pengujian karena dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan.

Tata Cara Pengujian Laboratorium:
  • a. Parameter kimia dan fisik mengacu kepada SNI termutakhir (2009)
  • b. Parameter mikrobiologi mengacu kepada standard methods termutakhir (2005).
Sampel air yang dikirim ke laboratorium, perlu penanganan sebagai berikut :
  1. Pendinginan : Gunakan media khusus ”holding media”. Temperatur ideal untuk penyimpanan sampel 4° – 10° C, sehingga wadah pengiriman dikemas dengan material pendingin yang diletakkan di sekitar sampel.
  2. Pengawetan: Apabila jarak tempuh pengiriman lebih dari 3 jam, maka sampel air perlu diawetkan dengan penambahan bahan pengawet (H2SO4 atau HCl). Tujuannya untuk mengawetkan logam-logam, minyak dan lemak, zat-zat organik fenol serta menghambat aktivitas biologis.
Untuk menjamin bahwa setiap sampel mempunyai keterangan yang memadai dan jelas, maka harus dilengkapi dengan label data sampel yang diisi oleh petugas pengambil sampel.
Frekuensi pengujian sampel air dilakukan 2 kali dalam setahun, diluar keadaan khusus dan atau kondisi darurat. Jika pengujian pertama sudah memenuhi syarat parameter mikrobiologi, fisik dan kimia, maka pada pengujian kedua yang diuji cukup parameter mikrobiologi.

Khusus untuk sampel dengan parameter radioaktif, mulai dari cara pengambilan, pengujian laboratorium sampai dengan analisis hasil pengujian dirujuk ke laboratorium atau institusi yang memiliki kompentensi pengujian bahan radioaktif yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai laboratorium pengujian bahan radioaktif.

(Sumber : Panduan Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Kualitas Air Minum dan Sanitasi Dasar, Kemenkes RI)

 
berita unik