'cookieChoices = {};' Cara Uji Daya Hantar Listrik (DHL) Air dan Air Limbah - Free About Sanitarian and Public Health Community

Pencarian Sanitarian Topic

Custom Search

Cara Uji Daya Hantar Listrik (DHL) Air dan Air Limbah

Written By munif on Sunday, August 1, 2010 | 10:28 PM

Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6989.1-2004, Air dan air limbah – Bagian 1: Cara uji daya hantar listrik (DHL). SNI ini diterapkan untuk pengujian parameter-parameter kualitas air dan air limbah. Peraturan yang digunakan sebagai dasar adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air dan Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Pengujian Kualitas air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.

 

SNI ini merupakan hasil revisi dari butir 3.11 pada SNI 06-2413-1991, Metode pengujian kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examination of Water and Waste

Cara uji daya hantar listrik (DHL), merupakan Metode ini meliputi cara uji daya hantar listrik (DHL) air dan air limbah dengan menggunakan alat konduktimeter

Daya hantar listrik dalah kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam jtmhos/cm (jtS/cm). Pada uji ini digunakan larutan baku, yang merupakan larutan yang dibuat dengan melarutkan KCl dengan konsentrasi tertentu.

Cara uji

Prinsip uji DHL, Daya hantar listrik diukur dengan elektroda konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 25oC.

Bahan

  1. air suling dengan DHL < 1 jtmhos/cm.
  2. larutan baku kalium klorida, KCl 0,01 M.
  3. Larutkan 0,7456 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 1413 jtmhos/cm.
  4. larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M.
  5. Larutkan 7,4560 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 12900 jtmhos/cm.
  6. larutan baku kalium klorida, KCl 0,5 M.
  7. Larutkan 37,2800 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 58460 jtmhos/cm.

Peralatan

a. timbangan analitik;

b. konduktimeter;

c. labu ukur 1000 mL;

d. termometer; dan

e. gelas piala 100 mL .

Kalibrasi alat

  1. Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
  2. Atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 25oC.
  3. Celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M.
  4. Tekan tombol kalibrasi.
  5. Atur sampai menunjuk angka 1413 ìmhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja alat).

CATATAN Apabila DHL contoh uji lebih besar dari 1413 ìmhos/cm, lakukan tahapan pada 3.4

dengan menggunakan larutan baku KCl 0,1 M (DHL = 12900 ìmhos/cm) atau KCl 0,5 M (DHL = 58460 ìmhos/cm).

Prosedur

a. Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.

b. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter menunjukkan pembacaan yang tetap.

c. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat suhu contoh uji.

Jaminan mutu dan pengendalian mutu

Jaminan mutu

a) Gunakan bahan kimia pro analisis (pa).

b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi.

c) Gunakan alat ukur terkalibrasi.

d) Dikerjakan oleh analis yang kompeten.

Pengendalian mutu

a) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis.

b) Jika nilai RPD lebih besar dari 5% lakukan pengukuran ketiga.

c) Rumus “Relative Percent Different” (RPD):

RPD = (X1-X2) x 100 %
(X1+X2) / 2

dengan Pengertian:

X1= nilai DHL pada pengukuran pertama X2= nilai DHL pada pengukuran kedua

Pelaporan

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut :

1. Parameter yang dianalisis.

2. Nama analis.

3. Tanggal anal isis.

4. Rekaman hasil pengukuran duplo, triplo dan seterusnya.

5. Rekaman kurva kalibrasi atau kromatografi.

6. Nomor contoh uji.

7. Tanggal penerimaan contoh uji.

8. Batas deteksi.

9. Rekaman hasil perhitungan.

10. Hasil pengukuran persen spike matrix atau CRM atau blind sample (bila dilakukan).

11. Kadar DHL dalam contoh uji.

 
berita unik