'cookieChoices = {};' MANISNYA BUAH SWADAYA - Free About Sanitarian and Public Health Community

Pencarian Sanitarian Topic

Custom Search

MANISNYA BUAH SWADAYA

Written By munif on Saturday, October 23, 2010 | 11:32 PM

Potret Swadaya Paguyuban Air Bersih di kabupaten Lumajang
 
Sebagian besar pendapat menyatakan, roh pembangunan itu partisipasi publik. Pemberdayaan masyarakat sering menjadi momok. Banyak orang bilang, sulit menggerakkan masyarakat. Itu dapat berarti tingkat partisipasi rendah.
Jika kenyataan sebagaimana diatas, dapat berarti pendekatan pembangunan menjadi single fighter, atau bertepuk sebelah tangan. Bude Jamillah bilang, menjadi top down. Satu istilah yang sejak era reformasi menjadi tabu di gunakan. Dan konsekuensinya kita diserbu pola pendekatan partisipatif dalam segala hal model pembangunan. Dan sekali lagi, keluh kesah sebagaimana diatas sangat sering kita dengar.
 
Namun anomali partisipatif dengan mudah kita jumpai di komunitas ini. Sebuah komunitas Unit Pengelola Sarana Air Bersih yang menamakan dirinya Paguyuban Air Bersih TIRTO MANDIRI. Di paguyuban ini roh partisipatif sangat kuat dan menjadi denyut kegiatan Paguyuban.
 
clip_image002Bayangkan, dengan swadaya mereka, tanpa secuilpun bantuan mereka minta, mereka mampu menghimpun dana ratusan juta. Secara fenomenal mereka mampu mencukupi kebutuhan air bersih bagi sebagian besar masyarakat pada Paguyuban mereka.
 
Mereka berburu sumber air bersih hingga masuk ke wilayah kabupaten tetangga, Probolinggo. Mereka merentang paralon lebih dari 20 kilo meter, dari ujung sumber melewati Lima Desa di Tiga wilayah kecamatan (Gucialit, Padang dan Kedungjajang)
 
Kilas balik,
Desa Dadapan : Pada awalnya, setelah melakukan survey tingkat kebutuhan dan akses sumber air, serta rencana jalur distribusinya, mereka menyepakati sistem paket untuk pembiayaan pembangunan sistem distribusi air bersih ini. Paket yang dimaksud berupa sistem pembiayaan dan jaringan distribusi air bersih pada masyarakat atau kelompok, dimana 1 paket terdiri dari 4 Rumah dengan swadaya per paket Rp. 3.500.000. pada tahap ini berhasil didapatkan 60 paket. Dengan sejumlah paket ini, masyarakat desa Dadapan Kec. Gucialit berhasil menghimpun dana sebesar Rp. 3.500 000 x 60 = Rp. 210. 000. 000. Mereka mampu mengalirkan air dari sumbernya hingga ke kelompok – kelompok ini sejauh 24 km.
clip_image002Untuk menekan kekurangan anggaran, kemudian berhasil disepakati bersama masyarakat alternatif jalan keluarnya, yaitu dalam bentuk kerja bhakti penggalian pipa. Kerja bhakti bergotong royong dalam penggalian pipa distribusi ini kemudian diatur mekanissme dan jadwalnya pada masing-masing dusun dan RT, lengkap dengan detail kontribusi dan sanksinya. Misalnya jadwal dan bentuk kontribusi konsumsi dan paket kerja bhakti bagi masyarakat yang tidak bisa hadir pada saatnya.
 
Dalam waktu lebih kurang dua bulan gotong royong dan swadaya ini berjalan, masyarakat sudah bisa menikmati air bersih yang dibangun secara mandiri itu. Kemudian secara simbolis keberhasilan ini diresmikan dengan memberikan nama kelompok ini dengan Unit Pengelola Sarana Tirta Mandiri (air bisa mengalir tanpa bantuan pemerintah).
clip_image002[10] 
Setelah keberhasilan pembangunan tersebut, paguyuban Tirto Mandiri kemudian melakukan pembangunan sarana air bersih lainnya. Pembangunan kali ini dilakukan dengan bekerja sama dengan paguyuban Air Bersih Tirta Lestari. Paguyuban Tirto Lestari adalah sebuah paguyuban yang menghimpun sekaligus sebagai wadah kerja sama UPS air bersih se Kabupaten Lumajang.
Dari kerja sama tersebut berhasil membangun jaringan distribusi air bersih lintas kecamatan dan lintas kabupaten yang dilakukan secara murni swadaya masyarakat. Lokasi yang dilalui jaringan ini membentang dari lereng wilayah Tengger Kab. Probolinggo, sebagai letak lokasi sumber mata air, yang dialirkan ke desa-desa di wilayah tiga kecamatan, masing-masing kecamatan Gucialit, Padang dan Kedungjajang. Panjang jaringan terbangun lebih kurang sepanjang 17 KM, dengan nilai swadaya sekitar 600 juta.
 
Pada tahap berikutnya dilakukan pembangunan secara swadaya dengan sasaran 33 kelompok dari 5 desa (Gucialit, Dadapan, Kalisemut, Meraan dan Krasak) yang melibatkan 3 Kecamatan dengan perkiraan jaringan ± 15 KM. Perkiraan biaya yang dibutuhkan adalah sekitar 214,5 Juta belum termasuk untuk tenaga kerja. Jika dengan ongkos tenaga kerja diperkirakan hampir sama dengan biaya pada tahap I.
 
Proses Air Mengalir sampai jauhJaringan distribusi diatas kemudian diwadahi dalam bentuk paguyuban air bersih yang diberi nama Tirta Tri Tunggal yang diresmikan oleh Bupati Lumajang Dr. Sjahrazad Mazdar, MA di desa Kalisemut Kecamatan Padang.
 
Hingga detik ini, kiprah paguyuban diatas masih sangat menjanjikan. Swadaya dan partisipasi mereka sudah sangat jelas menjelaskan “tangan diatas lebih baik daripada tangan dibwah”. Dan pemerintah tidak lagi dipusingkan dengan konsep top down atau bottom up. Mereka sudah bekerja dan bertanggung jawab pada diri mereka sendiri .... dan pemerintah akan sangat mudah mencari celah untuk lebih menumbuh kembangkan kiprah mereka ....
























 
berita unik