'cookieChoices = {};' Sanitasi Kandang - Free About Sanitarian and Public Health Community

Pencarian Sanitarian Topic

Custom Search

Sanitasi Kandang

Written By munif on Friday, January 4, 2013 | 3:58 PM

Sanitasi Kandang dan Ternak dan Peranannya pada Perkembangbiakan - Lalat, Nyamuk, Malaria dan Flu Burung

Rekan-rekan Sanitarian sebagai pelaksana tenaga kesehatan lingkungan, tentu sering berhadapan dengan keluhan atau pertanyaan terkait dengan sanitasi kandang. Kita masih ingat pada saat flu burung menjadi trend cenderung out break kemarin, sebagian masyarakat melayangkan keluhan dan pertanyaan terkait ternak dan kandang kepada Sanitarian. Tentu masih butuh koordinasi intens tentang siapa berwenang apa terkait kandang dan ternak ini, bisa Dinas kesehatan atau dinas pertanian atau peternakan. Namun siapapun itu sebagai tenaga profesional Sanitarian kita harus sedikit banyak paham tentang sanitasi kandang dan ternak ini.

Sebagaimana kita ketahui, kandang mempunyai beberapa fungsi, antara lain ;
  • Melindungi ternak dari pengaruh lingkungan yang merugikan, seperti hujan, sengatan matahari, angin, suhu malam hari, binatang buas, atau bahkan pencuri.
  • Kandang juga berperan pnring dalam menunjang tata laksana pemberian pakan, pengawasan , prodduksi dan reproduksi, serta sanitasi
Sedangkan beberapa komponen sanitasi kandang yang harus kita perhatikan antara lain menyangkut letak bangunan kandang. Beberapa persyaratan letak kandang sebagai berikut :
Sanitasi Kandang
  1. Harus memperhatikan faktor hygiene. Faktor higiene lingkungan penting untuk ternak maupun peternak, antara lain untuk menjamin kesehatan ternak dan lingk sekitar
  2. Letak bangunan kandang juga harus jauh dari pemukiman penduduk. Kandang di dalam rumah tertutup dapat  menarik nyamuk vektor An. aconitus (zoophilic), sehingga memungkinkan kontak dengan manusia makin besar. Jarak kandang ari rumah minimal 10 -20 m sehingga dapat mengurangi kepadatan vektor An. aconitus secara signifikan. 
  3. Dibangun dekat sumber air, yang berfungsi untuk air minum  dan memandikan ternak serta sebagai sarana pembersih lantai.
  4. Dibangun di dekat areal pertanaman rumput, sehingga mempermudah akses pada pakan
  5. Mudah diakses transportasi
  6. Kandang tunggal menghadap ke timur, kandang ganda membujur utara-selatan
  7. Penggunaan  sumber air untuk ternak tidak mengganggu ketersediaan air bagi masyarakat. Persyaratan untuk topografi ini antara lain tempat kandang harus lebih tinggi dari sekitar, tanah mudah menyerap air sehingga mengurangi kemungkinan genangan air
  8. Tempat tidak terlalu tertutup pepohonan rindang yang dapat mengurangi  sinar matahari dan sirkulasi udara
  9. Kandanh harus dekat dengan petugas, sehingga mempermudah dan memperlancar pengawasan kesehatan, keamanan, dan tata laksana
Selain letak kandang beberapa aspek sanitasi kandang, khususnya yang terkait dengan potensi penularan penyakit dan masalah kesehatan antara lain :
Hubungan Kandang dan Nyamuk
  • Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan terhadap investasi nyamuk pada kerbau, diperoleh data spesies nyamuk yang mempunyai asosiasi erat dengan kerbau  diperoleh 27 spesies yang tergolong dalam 7 genus yaitu  Anopheles dengan 10 spesies, Culex dengan 12 spesies, serta Mansonia, Aedes, Ficalbia, Tripteroides dan Armigeres masing-masing 1 spesies
  • Sebagaimana umum diketahui, bahwa masalah investasi nyamuk pada hewan ternak belum memperoleh apresiasi yang baik dari masyarakat (bahkan kita sebagai petugas kesehatan lingkungan).Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya pandangan bahwa nyamuk bukan merupakan masalah besar, baik sebagai vektor penyakit maupun sebagai pengganggu kesehatan hewan. Juga adanya fakta nyamuk hanya datang menyerang hewan pada waktu malam hari sehingga lepas dari pengamatan para petugas kesehatan hewan. Sedangkan fakta secara epidemiologis penting untuk kita cermati aspek ini bagi kesehatan masyarakat.
  • Hubungan kandang dan ternak dengan vektor malaria & filariasis. Sebagian diantara berbagai jenis nyamuk yang mengisap darah ternak, terdapat jenis-jenis yang merupakan vektor penyakit malaria. Hal ini dikuatkan dengan adanya fakta bahwa Anopheles aconitus, An barbirostris, An sundaicus, tiga jenis vektor penting untuk malaria, dan Mansonia uniformis, vektor filariasis malayi, bersifat zoofilik sehingga petugas surveilans (ketika kita praktikum dulu) pun selalu mencari sasaran lokasi penangkapan  nyamuk disekitar kandang ternak. Secara epidemiologis juga terdapat usaha secara tidak langsung untuk memanfaatkan ternak sebagai perisai bagi manusia terhadap serangan nyamuk di waktu malam hari (upaya profilaksis melawan malaria).
Sebagai alternatif pemecahan masalah adanya investasi nyamuk terhadap kandang dan ternak tersebut, kita dapat melakukan alternatif tindakan seperti melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan atau pertanian. Juga melakukan Penyemprotan pestidida terhadap kandang & ternak)

Hubungan kandang dan ternak dengan investasi lalat dan flu burung.

Upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan dengan salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit termasuk lalat. Juga terdapat hubungan erat antara sanitasi  dan lalat sejauh menyangkut kandang dan ternak ini. Kita tentu sangat paham, bahwa lalat merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Lalat sangat terkait dengan masalah sampah yang antara lain bertambah besar sebagai dampak negatif dari pertambahan penduduk. Jika sampah tidak dikelola dengan baik akan mengundang lalat untuk datang sehingga memperbesar resiko kontak dengan manusia.Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan higiene dan sanitasi dapat lalat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai maupun penularan penyakit.

Selain itu juga terdapat hubungan antara kandang dan ternak dengan Flu burung dan lalat. Penyebaran virus flu burung diduga tidak hanya melalui unggas dan babi. Penularan virus flu burung ternyata juga bisa melalui perantara lalat. Berasarkan penelitian penyebaran virus lewat lalat ini ditemukan di daerah-daerah yang tidak terdapat burung-burung migran (Kota Makassar, Sulawesi Selatan dan Kota Karanganyar, Jawa Tengah). Dicurigai lalat yang menjadi pembawa virus flu burung ini. Hal ini juga didukung hasil penelitian yang menunjukkan, diitemukan bahwa lalat ternyata positif mengandung  nucleo protein dan virus avian influenza subtipe H5N1. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan kandang yang  sangat tidak terjaga,.

Sebagaimana diketahui, penyebaran  penyebaran virus flu burung hanya bisa terjadi melalui kontak langsung dengan mukosa saluran pernapasan, sehingga kemungkinan lalat dapat berperan penting melakukan penyebaran virus ini. Juga dimngkinkan kontak langsung dengan lalat atau termasuk dengan saluran pernapasan. Mekanisme yang terjadi lalat yang membawa  virus H5N1 hinggap di     sebuah tempat, kemudian disentuh jari manusia, mengorek-ngorek lubang hidung, maka akan terjadi kontak langsung dengan saluran.

Fakta diatas dapat juga menunjukkan peran lalat yang semakin besar untuk memperluas dan mempermudah penyebaran virus. Kita harus mewaspadai kondisi ini dan menyikapinya dengan sentuhan surveilans epidemiologi berbasis lingkungan. Sebagaimana kita ketahui bahwa virus flu burung tergolong ganas, karena hanya butuh satu hingga tiga hari untuk berinkubasi. Penderita biasanya mengalami kerusakan paru-paru secara hebat atau pneumonia. Berdasarkan penelitian, sekitar separuh dari 100 penderita flu burung meninggal dalam tempo singkat.
 
berita unik